KENANDRA - Eps 1

 

Dia bilang momen bersamaku seperti saat ini adalah momen yang jarang jadi dia ingin selalu melihat nya kembali

(Percakapan di Telfon)

“Hallo ken kamu udah dimana?”

“Aku udah di angkutan umum, kamu jangan kemana-mana ya tunggu di situ”

“iya aku disini. Hati-hati ya” (Andra Mematikan telfonya)

Hari ini hari Rabu, cuaca sangat terik, aku berdiri di stasiun kereta dengan satu koper sedang dan tas jinjing besar berwarna pink. Hari ini aku dan Ken memutuskan untuk pergi ke Jogja selama seminggu karena liburan kuliah. Kita akan berkunjung ke kediaman keluarga Ken.

Ini adalah pertama kalinya aku pergi keluar kota sendiri. Maksudnya aku memang pernah keluar kota bersama teman-teman karena alasan liburan sekolah ataupun bersama keluarga. Kali ini aku berlibur karena alasan karena ingin berlibur. Walaupun tidak benar-benar sendiri, tapi besama Ken.

Ken adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Seluruh keluarganya di Jogja kecuali mbak Sera yaitu Kaka  perempuannya yang sudah menikah dengan pria asal Jerman dan menetap disana.

Aku tidak akan pernah berani mengambil keputusan sebesar seperti ini. Karena aku tidak pernah mau pergi keluar kota sendirian. Yaaa aku memang penakut tapi kali ini akan ku coba karena aku bersama Ken.

Tidak lama kemudian Ken pun datang hanya dengan membawa satu tas ransel yang tidak terlihat berat. Menyebalkan.

“Yuk Di” Ken memanggilku dengan sebutan "Di" padahal teman-teman memanggilku Andra, dia bilang agar panggilannya beda dari yang lain. Ken melingkarkan tangannya di pundaku, merangkulku dengan erat dan menuntunku menuju Kereta yang akan membawa kita ke daerah istimewa itu.

Aku paham kenapa daerah itu disebut daerah istimewa. Karena setiap kesana selalu ada perasaan ingin kembali. Aku tidak tau apakah setelah liburah kali ini aku akan tetap merasakan sensasi istimewa dari daerah itu lagi atau tidak. Aku tidak mau memikirkannya sekarang. Aku hanya merasa senang.

Kami masuk ke gerbong kereta dan mencari tempat duduk kami. Kami menggunakan kereta ekonomi karena menyesuaikan budged anak kuliahan. Tapi kereta ekonomi juga cukup nyaman. Dengan bangku yang berhadapan, Aku duduk disamping jendela dan Ken duduk disampingku. Didepan kami ada sepasang kekasih yang umurnya mungkin 5 tahun lebih tua diatas kami. Baguslah, karena aku tidak bisa membayangkan kalau satu tempat duduk dengan keluarga yang membawa anak kecil karena pasti aku tidak akan dapat menikmati perjalanan ini. Anak kecil sangat merepotkan bila diperjalanan.

Ini adalah pertama kalinya, ah… aku sudah menyebut kata itu berkali-kali. Ya pertama kalinya. Mungkin memang benar ini adalah pertama kalinya aku pergi jauh bersama seorang laki-laki. Benar-benar menyenangkan walaupun perjalanan ini baru akan di mulai tapi aku sudah merasa berdebar-debar.

Setelah menunggu beberapa menit, Kereta kami mulai jalan ini adalah momen dimana aku keputusan besarku benar-benar terlaksana. Aku tersenyum selama perjalanan dan tiba-tiba Ken memegang tanganku dan aku bersandar di pundaknya. Dia mengecup dahiku dengan lembut dan aku hanya membalasnya dengan senyuman. Momen tersebut sangatlah hangat.

“Ken kamu udah bilang sama mama kamu kalau aku ikut?”

“Udah ko”

“Gapapa emang?”

“Kamu udah nanya ini lebih dari 3x loh hahahaha, kenapa sih?”

“Iiih kamu tuh ga ngerti ya, aku tuh nervous, ini pertama kalinya aku ketemu orangtua cowok yang deket sama aku. Nanti kalo ditanya aku ini siapanya kamu yaa aku bingung jawab apa kan”

“Kamu maunya jawab apa emang?”

“Gak tau menurut kamu apa?”

“Teman??”

Mendengar Ken mengucapkan kata “Teman” ternyata sedikit membuat dadaku terasa sesak. Aku tidak menjawab Ken aku diam dan Ken sepertinya sadar.

“Apa kamu mau aku bilang kalau kamu calon istri aku?”

Seperti biasa dia selalu menggodaku ketika percakapan kami mulai tidak nyaman. Ituah yang aku suka dari Ken dia memang tipikal pria humoris. Itu yang membuatku nyaman dengannya.

“Hahahahha apaan sih ngaco. Udah lah nanti aku jawab gatau aja hahaha”

“Hahahah terserah kamu deh”

“Eits jangan jawab terserah, karena kata terserah hanya boleh digunakan sama cewek! Paham kamu?”

“Iyaaaa bebass kalo gitu”

“Ah sama aja itu mah”

“Terus aku jawab apa dong?”

“Yaaaa gatau lah pikir aja sendiri hahahhahhaa”

“Dasaaaarrrrr ga jelas”

Ken langsung memelukku dengan gemas. Kami tidak peduli memamerkan kemesraan kami didepan pasangan yang duduk di depan kami. Pasangan itu hanya tersenyum melihat kelakuan kami. Mungkin mereka mengingat masa muda atau membayangkan masa-masa yang telah mereka lalui. Aku tidak memusingkan hal tersebut.

Seperti yang aku bilang, aku dan Ken memiliki hubungan tapi kami tidak berkomitmen untuk menyebutnya “Pacaran”. Ken pernah cerita kalau dia memang tidak mau berkomitmen pada sebuah hubungan. Lalu, aku yang mengajaknya menjalankan hubungan seperti ini yang aku bahkan tidak tau menyebutnya apa. Kami hanya saling mengatakan sayang, dan kami bebas. Kami percaya satu sama lain, dan kami bisa berteman dengan siapapun. Kami tidak ingin merasa terkekang dan memang tujuannya kami ingin sama-sama “di-netralkan” dari hubungan toxic yang berkedok “Pacaran”.

Sepanjang perjalanan, Ken merekamku dengan kameranya. Dia mengambil setiap momen dan akan mengabadikannya. Dia bilang momen bersamaku seperti saat ini adalah momen yang jarang jadi dia ingin selalu melihat nya kembali.

“Kamu cantik”

“Emangggg”

“Hahaha sadar ya kalau cantik”

“Sudah di kasih tau sama mama dari bayi kalo aku cantik”

“Iya, tapi kamu paling cantik kalo lagi sama aku”

“Terus kalo sama yang lain aku jelek?”

“Ya engga juga, tapi kamu jadi makin cantik pokonya kalo sama aku”

“Emang kenapa?”

“Soalnya aku biasa aja hahhaha”

“Hahaha iya juga sih hahaha” aku mengeluarkan HP ku untuk membuka sosial media

“Jangan main HP dong Di”

“iya-iya, aku cuman ngecek doang ko, ini aku masukin lagi hpnya”

Ken selalu tidak suka kalau aku bermain HP saat bersama dia, jadi setiap bersamanya aku benar-benar harus menikmati esensi dari perjalanan dan kegiatan yang kita lalui. Ken ingin aku benar-benar merasakan Quality Time.

Aku melihat jendela kereta membayangkan diriku saat ini yang duduk di kereta disamping Ken yang tertidur dan menikmati pemandangan yang Indah, tidak lama kemudian akupun ikut tertidur di pundak Ken.

Setelah 8-9 jam perjalanan akhirnya pada pukul 20.30 sampailah kami di daerah istimewa ini. Ken membantuku membawa Koper, Tas jinjing berwarna Pink ku sudah tidak besar lagi karena isinya adalah cemilan yang sudah kami makan saat di kereta.

Ken mengarahkan kami untuk menaiki bus, sangat sulit naik bus sambil membawa koper padahal aku sudah bilang pada Ken untuk memesan taxi saja, tapi ken bukan orang yang instan. Dia memilih menaiki bus agar lebih bisa menikmati perjalanan dan membuatku menambah pengalaman. Aku setuju tapi seharusnya sebelumnya dia bilang padaku agar lebih baik membawa tas ransel besar saja dibanding membawa koper.

Kami menaiki bus sekitar 45 menit, untungnya bus tidak begitu ramai. Akhirnya sekitar pukul 21:15 kami turun di salah satu halte dan lanjut menaiki Becak.

“Ken kita serius naik becak?”

“Iya serius, ayo sini”

“Ini kopernya gimana?”

“Nanti taro di deket kaki, ayo  kamu naik dulu”

“Iih ga kasian sama bapaknya keberatan kan pak?” Tanya  ku kepada si bapak pengendara becak yang sudah lumayan tua itu.

“Engga neng, malah kasian saya kalo ga dapet penumpang hehehe” jawab si bapak berusaha menenangkan

“Yaudah deh pak saya numpang naik ya”

Sebelum aku naik, Ken dan si bapak sempat berbincang dengan Bahasa Jawa sepertinya untuk tawar menawar dan bayar dimuka. Lagi-lagi Ken membawaku ke momen “Pertama kalinya” ya benar ini adalah pertama kalinya untuk yang kesekian kali saat ini aku naik becak bersama laki-laki yang bukan pacar tetapi aku sayang padanya. Aneh.

Naik becak di Jogja adalah suatu kewajiban, karena rasanya menyenangkan kita bisa benar-benar menikmati dan merasakan  bahwa kita sedang ada di Jogja. Merasakan angin yang berhembus lembut, udara yang segar dan pemandangan yang cultural.

Hanya sekitar 10 menit becak kami pun sampai didepan rumah sederhana dengan halaman yang sangat luas dan pagar besi yang tidak terlalu tinggi. Ya ini adalah rumah keluarga Ken. Ken mengangkat koperku dan membuka pintu gerbang lalu mempersilahkanku untuk masuk.

Kita sampai rumah sekitar pukul 21:30, tidak lama kemudian ibu Ken keluar dari pintu rumah dan langsung memeluk Ken. lalu tiba-tiba ibunya melihat ke arahku, melepaskan pelukan Ken dan mimik mukanya langsung berubah menjadi lebih tegang dan kaget.

“Ini Diandra?”

Hatiku berdetak sangat cepat karena reaksi pada wajah Ibunya Ken yang tiba-tiba berubah…

 

***


Hai Readers apakabar!!!! haaah udah lama banget aku ga nulis cerita kayak gini, kalian rindu ga sih? atau engga ya???

yaudah gapapa, tapi semoga kalian sukaa dan penasaran sama Eps ke 2 nya yaaaa hihihihi 

jangan lupa support aku bisa berupa kasih komentar kalian yaaa tentang tulisan aku, boleh di share juga lhooo,  Thank youuuuu


see u Guys!!!

Komentar

Postingan Populer