KENANDRA - Eps 3

Ken ternyata punya rencana untuk kita berdia setelah dari rumahnya…

“Kan ibu bilang “kamu disini sampai hari apa?” gitu kan?”

“yaiyaaa tapi aku ga paham”

“yaudah berarti sabtu sampai senin kita ga dirumahku”

“terus kita kemana?”

“ada deeeehhhh”

“loh koo gituuuuu, ken!!!!!”

Apa apaan ini, Ken mau ngajak aku kemana ? kita mau pergi ke suatu tempat? Ko tiba-tiba dada aku berdebar ya? Hahahha aduh. Oiya sampai lupa hari sabtu nanti ulang tahun Ken. Kayaknya aku harus nyiapin surprise bareng keluarganya. Tapi Ken ga suka ngerayain ultah. Kalau sama keluarganya mungkin dia senang kali ya?

Sesampainya dirumah Ken aku langsung menuju kamar mba Sera dan merebakan badanku, belanjaan yang dititipkan Ibu sangat banyak jadi kami tadi lumayan effort untuk membeli dan membawanya.

*ceklek* (Suara buka pintu)

“Ka Diandra” Panggil Jenar

“Jenar sini masuk, ada apa?”

“mau main sama kaka”

Jenar usianya masih 7 tahun, saat ini ia masih duduk di bangku kelas 1 SD. Dia biasa bermain dengan teman sebayanya di lingkungan rumah saat menjelang sore. Teman-temannya selalu menunggu di depan rumah setiap hari, bahkan saat bukan hari libur pun mereka tetap menunggu depan rumah untuk mengajak Jenar bermain bersama. Mereka mungkin melihat Jenar sebagai sosok “Ketua Geng” bagi mereka. Tidak akan pernah ada yang menyangka bocah sekecil dan sepolos Jenar ternyata dapat berpengaruh bagi teman-temannya.

“Kaka lagi pengen tiduran aja gapapa ya?”

“Gapapa, Ka foto bareng yuk pake Hp aku”

“Yuk”

Kami pun berfoto bersama

“Kaka, Kenapa sih kaka ga pacaran aja sama mas Kendra” dengan polosnya Jenr menanyakan hal tersebut.

“Loh kamu masih kecil ko ngomongnya udah pacar-pacaran”

“Ih temen aku juga udah ada yang pacaran tau ka”

“Kalo kamu udah punya pacar belom?”

“Engga ah nanti aja kalo udah gede kaya kaka aku pacarannya, makanya kaka pacaran aja sama mas Kendra”

“Hahaha emang kenapa kaka harus pacaran sama mas Kendra”

“Soalnya kaka cantik mas Kendra jelek hahahah”

“Hahahha parah banget nanti aku bilangin mas Ken loh ya”

Tidak ku sangka percakapanku dengan Jenar sangat asik. Aku benar-benar tertarik dengan keluarga ini aku merasa setiap hari aku disini aku merasa bahagia. Jenar membicarakan semua hal sampai akhirnya ia tertidur dikamarku. Tidak lama kemudian Ken masuk kekamarku dan menggendong Jenar kekamarnya.

Tak terasa hari sudah sore, aku hanya di rumah Ken membantu ibu masak, keliling rumah ngobrol dengan Bapak yang sedang merapihkan tanaman dan bermain bersama Jenar dan Ken. Tadinya aku mau pergi ke Alun-alun malam ini tetapi tidak diizinkan Ibu karena malam jum’at keliwon..

Ibu memang masih percaya dengan mitos-mitos ke-jawaan walaupun bapak sudah mulai terbuka. Ibu bilang dari pada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik diam dirumah. Aku dan Ken tidak masalah dengan hal itu, kita turuti apa yang ibu katakan.

Keesokan harinya, aku mengajak Jenar dan ibu berdiskusi untuk membuat kejutan ulang tahun Ken besok. Karena besok ibu taunya aku dan Ken berangkat pagi, jadinya kita akan membuat kejutan tengah malam ini.

Aku memesan Cake secara online. Biar tidak ketara oleh Ken, Aku menyuru Jenar agar mengambil Cake nya dan meyimpannya di kulkas dengan bungkus pelastik hitam supaya tidak ketara. Kami usahakan agar Ken seharian tidak membuka kulkas. Untungnya Ken bukan pencinta minuman dingin jadi tidak begitu sulit untuk membuatnya tidak membuka kulkas.

Sore ini aku akan membawa Ken ke Alun-alun dan pergi bersamanya sampai malam. Ibu dan Jenar akan mengambil alih menyiapkan beberapa dekorasi yang aku bawa dari Jakarta untuk menghias dinding ruang tamu.

Aku akan memastikan kita pulang jam 00.00 malam. Bapak yang tadinya tidak tertarik jadi ingin ikutan membantu menjadi “Panitia Persiapan Ulang Tahun Ken” hahahah aku senang sekali.

Akhirnya, masih pukul 21.00 . Walaupun hari Jumat, Alun-alun tetap ramai. Kami melakukan beberapa kegiatan seperti makan Angkringan, minum kopi, jajan, makan es krim dan naik odong-odong atau sepeda gerobak yang dihias lampu-lampu.

Perjalanan dari Alun-alun ke rumah Ken tidak lama hanya memakan waktu 30 menit. Jadi mungkin masih 2 jam 30 menit lagi aku harus ada disini.

“Gimana Di kamu sudah puas belum main di Alun-alun?” Tanya Ken

“Belum sih, aku mau duduk di taman itu yuk”

“Ayo”

Aku dan Ken menuju taman yang terdapat 2 pohon beringin besar untuk istirahat sejenak.

“Ken itu apa? Orang –orang pada di tutup matanya, itu games apa?”

“Itu pohon beringin kembar, mitosnya kalau kamu berhasil melewati diantara 2 pohon beringin itu, apa yang kamu pingin terkabul”

“Hah.. aku mau coba boleh?”

“Bocah banget si hahaha, itu cuman gitu doang gausah lah nanti kamu kesandung”

Ken sangat jarang melarangku selain main HP, sepertinya  ini kesempatan bagus buat alasan ngerjain dia.

“Aku mau coba”

“Di, disini aja gausah ikut-ikutan yang penting kan kamu udah tau itu mereka ngapain”

“kalau kamu gamau ikut yaudah disini aja gausah ikutan!”

“Oke aku disini”

“Oke!”

Ken ternyata keras kepala dalam hal ini, kenapa Ken tidak mau mengikuti keinginanku. Biasanya kalau aku penasaran akan suatu hal ia mendukungku, apa sikapku tadi rada keterlaluan ya? Atau dia merasa sedih karena aku lupa ulang tahunnya?.

Aku melanjutkan niatku untuk mencoba melewati pohon beringin kembar. Aku menutup mataku dengan Syal yang aku bawa dan berjalan pelan. Posisiku tepat di belakang Ken. Sebelum menutup mataku aku melihat Ken benar-benar tidak mau melihatku melakukan ini.

Aku langkahkan kakiku dengan yakin dan kurasa aku segera melewati pohon itu. Tidak lama kemudian aku merasa kakiku seperti turun dari tangga tak lama seseorang menarik tanganku aku yakin itu Ken ia lalu mendekapku sepertinya aku jalan ke jalan raya dan hampir tertabrak motor yang lewat. Aku membuka tutup mataku dan menatapnya. Aku sangat terkejut karena dia bukan Ken melainkan....

Komentar

Postingan Populer